Selasa, 08 Desember 2015

luka

 Aku masih duduk merenungi nasib diri yang malang ini. Move on itu perlu, tapi kali ini aku merasa tak mampu untuk menghapus semua bayang tentangnya. Aku benci dengan kehidupanku, aku benci. Sekarang aku sudah tidak percaya lagi yang namanya cinta, karena cinta hanya akan membuat hati terluka dan kecewa.
Sampai suatu hari disekolah..
“eeh, lo jalan hati-hati dong.” Kata seorang cewe yang sedang mengumpulkan buku-buku bawaanya dilantai, karena terjatuh saat tertabrak olehku.
“oowh, maaf, gue gak sengaja” kataku, sambil membantunya membereskan helaian kertas di lantai. Kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Hari sudah siang, saatnya pulang dari sekolah, aku langsung menuju halte bis karena aku gak punya motor, apalagi mobil.
Ooh iya, namaku Reza, teman-teman memanggilku eja, aku anak ips 2 di SMAN 1 PKB.
Lama aku menunggu bis di tempat itu, sesekali aku melihat jam di tanganku. Sudah pukul 13:00, namun bis tak kunjung datang.
“haey, nungguin bis juga ya,”? tanya seseorang. Ternyata Fidha, cewe yang ku tabrak tadi pagi.
“eeh, elu. Iya nih dari tadi gak lewat-lewat” jawabku
“sama dong, emang eluu pulang kemana”? tanyanya.
“subroto 2,” jawabku
“berarti kita satu arah dong, dari pada nunggu disini, mendingan kita pulang duluan aja yuk,” ajaknya.
“eeh, oke. Ayo” sambil membereskan barang-barangku.
Kami pulang jalan kaki, banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari pelajaran sekolah, teman, bahkan cinta.
Karena asyik ngoborol, hingga tak sadar kami telah sampai di depan rumahnya, dia pun mengajak ku mampir.
“eja, mampir dulu kerumah,” pintanya
“makasih dha, ntar ngerepotin elu lagi, lagian hari udah sore. Next time aja ya..” jawabku
“oo, yudah gapapa, hati-hati ya”
“iyaa, daaaah”
“daadaaaah”
Aku terus melanjutkan perjalananku, tak lama sampai juga kerumahku.
“baru pulang ja”? tanya ibuku
“iya mah, “ jawabku sambil menyalami ibuku. Ayahku telah tiada, dia pergi saat aku berusia delapan tahun.
“makan dulu ja,” kata ibuku
“iya mah, “ sambil menuju meja makan yang telah disiapkan ibuku.
Selesai makan aku langsung menuju kamarku untuk istirahat, kulihat hp ku ada satu pesan baru. Kulihat dari evha, mantanku. Aku tak membalasnya, bahkan membuka dan membacanya saja aku malas. Ku tutup hp ku dan menutupkan mata.
ZZZZZzzzzzzzz......
Aku bangun dari tidurku pukul lima sore, kulihat hp ku, ada satu pesan baru. Tanpa melihat siapa pengirimnya, pesan itu langsung ku hapus.
Hari ini aku bangun lebih awal, mandi dan bersiap untuk sekolah. Aku langsung menuju halte bis yang tak jauh dari rumahku. Tak lama bis pun datang. Ku mencari tempat duduk, namun sayang tempat duduknya penuh semua. Dengan terpaksa aku berdiri.
“maas, capek ya berdiri” kata seseorang yang duduk di kursi sampingku.
Kulihat, ternyata itu adalah Fidha.
“Eluuu. “ Kataku
Kami hanya ngobrol-ngobrol kecil, tak lama sampai juga di sekolah. Aku membantunya turun dari bis.
“kemaren, aku ada sms kamu lhoo. Kenapa gak dibales” ? tanyanya
Aku yang sedang minum, tersedak mendengar ucapannya. Aku pikir itu dari evha, kataku dalam hati.
“koq kamu bengong” ? tanyanya lagi
“gak, gak kenapa-napa koq. Kenapa sekarang malah pake AKU-KAMU biasanya juga ELU-GUE” kataku
“mmm, aku juga gak tau, nyaman aja. Tapi gak masalahkan.? Eeh, Aku ke kelas dulu ya” katanya
“eemmmmz, yaudaah gapapa hati-hati yaa, “
“daaaaahhhh”
“daadaaahhhhh”
Dia pergi dari tempat itu, dan akupun menuju kelasku.
Sejak perkenalan aku dengan fidha aku merasa sudah menemukan orang yang selama ini kucari, seebelumnya aku sudah tidak percaya dengan cinta. Tapi dia mengajarkanku tentang optimisnya hidup. Motivasi yang dia berikan serasa membawa cinta di kehidupanku. Sepertinya aku sudah jatuh cinta padanya.
Saat itu aku sedang duduk dikantin,
“hay jaa,” sapa riani.
“hay jugaa, elu ngapain kesini”? tanyaku
“ya gapapa, gue kan pengen nemenin elu.” Jawabnya
“oke, ayoo mau makan apa, hari ini gue yang traktir” kataku bersemangat
“ooh yaa, gak usaah deeh, gue bayar sendiri aja, “ jawabnya
Selesai makan aku kembali ke kelas.
“rezaa, tungguin aku.” Kata evha sambil lari kecil dari belakangku
“ngapain lagi sih vha, bukannya semua udah jelas” kataku
“jaa, aku bisa jelasin semuanya ja.” Kata evha
Aku berhenti sejenak, kudengarkan evha berbicara.
“jaa, aku Cuma sayang sama kamu jaaa. Aku udah gak ada hubungan lagi sama reno jaa, aku putusin dia karena kamu. Karena aku sayang kamu jaaa. Pliss jaaa” jelasnya
“maaf vha, aku gak bisa terima kamu lagi. Walaupun aku juga masih sayang kamu, tapi aku sudah mencintai orang lain. Sekali lagi sorry vha.” Kataku. Sambil menahan air mata yang mengalir dari mataku. Jujur aku sayang sama evha, sayang banget. Tapi aku kecewa karena dia telah duakan aku. Sekarang aku hanya mencintai Fidha, hanya fidha yang saat ini berada dihatiku.
Aku terus duduk di taman, siang itu aku tidak mengikuti pelajaran, karena hatiku terasa mempet banget.
“lhoo, rezaa. Kenapa elu disini” kata seseorang
“eeh, elu riani. Gapapa, gue gapapa koq.” Kataku
Kemudian riani duduk disebelahku dan aku menceritakan semua masalahku dengan evha.
“eluu yang sabar ya jaa, kan ada gue.” Semangat riani
“makasih riani, elu udah mau denger curhat gue” kataku
“iya, gapapa koq.” Jawab riani
Kemudian aku kembali kesekolahan. Kulihat disana sepi. Mungkin orang-orang udah pada pulang kali yak. Batinku
Aku langsung pulang kerumah, setibanya dirumah aku melihat hp ku. Tiada pesan apa-apa, terlintas dipikiranku fidha. Lalu aku memutuskan untuk menelponnya. Beberapa kali kutelpon nomernya sibuk, mungkin dianya lagi telponan. Kemudian aku langsung menuju meja makan.
Malam itu aku sedang baca-baca buku dikamar tiba-tiba hp ku berdering,
“haloo,” sapaku
“iyaa, jaa. Ini aku fidha.” Jawabnya
“owhh. Kamu,” kataku. Entah kenapa ada perasaan senang dihatiku
“tadi siang kamu kemana, koq gak masuk kelas”? tanyanya
“gak kemana-mana koq, aku hanya nenangin diri ditaman” kataku
“aku tau koq, kamu ditemenin riani kan.”?
“koq kamu tau, emangnya kenapa”? tanyaku
“gak tauuu, “ jawabya, kemudian telepon terputus. Aku gak tau apa maksudnya.
Kemudian aku sms dia.
“kamu kenapa dha”?
Namun dia tidak membalas sms ku.
Sepertinya dia marah ataupun dia cemburu, entah kenapa aku merasa senang.
Esoknya aku mencarinya disekolah, kemana si fidha. Batinku
Ku tanyakan kepada temen akrabnya.
“ehh santhy. Elu ada liat fidha gak.”? Tanyaku
“tadi gue liat dia jalan ama reno. Mungkin kekantin kali.” Jawabnya
Aku langsung menuju kekantin. Kulihat dia sedang ngobrol dengan reno, kelihatannya mereka sangat mesra. Kumendengar percakapan mereka
“ayo dha dimakan.” Kata reno
“aah, elu ni juga gue mau makaan.” Jawabnya
“sini, gue suapin yaa” kata reno sambil mengarahkan sendok pada fidha, dan dia menerimanya.
Aku tak sanggup liat adegan itu, kemudian aku pergi dari tempat itu.
“hay jaa. Lagi ngapain”? tanya riani kemudian duduk di sampingku.
“gapapa koq, aku hanya lemes aja. Gak semangat” jawabku
“lhoo, kenapa. Gue bisa koq buat elu semangat lagi” kata riani.
“ikut gue yuk,” ajak riani sambil menarik tanganku
Aku ikut saja, ternyata dia membawaku ke suatu tempat yang menurutku sangat istimewa, kami duduk di tepi danau dan aku curhat lagi kepadanya.
“yaudaah dong jaa. Cewe tu bukan hanya dia doang” katanya
“tapi riani,......“ tiba-tiba dia memotong pembicaraanku.
“jaa, gue pengen ngomong sesuatu ke eluu. “ katanya
“ngomong aja “ kataku
“mm, gue tau, gue gak pantes ngomongin ini ke elu. Tapi gue udah gak tahan. Sampai kapan gue harus memendam perasaan ini” katanya
“apaan si, gue gak ngerti” kataku
“jaa, gue sayang ama eluu. Gue cinta ama eluu, udah lama gue memendam perasaan ini ja, gue bener sayang ama elu. Gue pengen elu jadi cowok gue” jelasnya
“mm, gimana yaa. Maaf riani gue gak bisa, dihati gue Cuma ada fidha. Gue anggap elu sebagai sahabat gue, gak lebih. Sekali lagi gue minta maaf.” Kataku
Terlihat mata riani berkaca-kaca kemudian air itu mulai menetes dari matanya.
“yaudaah jaa, gue ngerti koq” kemudian dia pergi dari tempat itu.
Hari ini adalah hari minggu, aku meminta fidha menemui aku di sebuah taman yang gak jauh dari rumahnya. Lama aku menunggunya di tempat itu,
“haay, udaah lama yaa nunggu.” ? tanyanya.,
“hey, gak koq, “ kataku kemudian dia duduk disebelahku.
Kami ngobrol-ngobrol ringan.
“dha, aku pengen nanya, reno itu siapa”? tanyaku
“kenapa nanyain dia sih. “ katanya
“gak, pengen tau aja”
“temen aja koq, “ jawabnya.
Ditengah pembicaraan kami, tiba-tiba hp fidha berdering. Kemudian fidha mengangkatnya. Setelah selesai ngomong di telepon.
“ee, maaf jaa. Aku pulang dulu boleh,” katanya
“oo, gapapa koq, “ jawabku
“dadaah,”
“daaaah, hati-hati ya”
Aku pun pulang kerumah. Malam itu aku menelpon fidha, tetapi nomernya sibuk. Beberapa kali kucoba menghubunginya tetapi tetap sibuk. Aku mulai tak enak hati.
Akhir-akhir ini fidha cuek padaku, kulihat dia juga sangat dekat dengan reno. Aku pun mulai mencari tau, siapa itu reno.
“santhy, mm, fidha ama reno pacaran ya”? tanyaku
“aah elu jaa, setahu gue fidha suka ama elu. Tapi yaa, gue liat-liat dia deket ama reno”jawabnya
“makasih yaa”kataku. kemudian dia pergi
Mendengar penjelasan dari santhy membuat hatiku lega, setidaknya aku tau kalo fidha juga suka sama aku.
Siang itu aku dan fidha pulang bersama, sebelum pulang aku mengajaknya mampir dulu dirumah makan. Kami makan bersama, sempat suap-suapan haha, pokoknya aku seneng banget.
Setelah pulang aku terus menelpon fidha, kadang kami pake sayang-sayangan huuh, seperti orang pacaran aja. Sekarang fidha sangat dekat denganku, tapi aku lupa bahwa ada reno diantara kami.
“gampang, dapetin fidha itu hal yang sepele” kata reno kepada teman-temannya.
Aku hanya mendengar pembicaraan mereka, aku merasa takut, takut nantinya akan kehilangan fidha, apalagi rumah mereka berdekatan. Jadi gampang sekali berhubungan.
isu-isu tentang fidha dan reno terdengar ditelingaku. Kudengar mereka pacaran, namun saat kutanya fidha, dia bilang tidak ada hubungan apa-apa. PERMAINAN APA LAGI INI TUHAN?
Hari terus berlalu tetapi fidha semakin cuek padaku, entah kenapa aku juga tidak tahu.
Hari ini adalah adalah hari yang kutunggu-tunggu, tanggal 7 desember adalah hari ulang tahun fidha. Aku telah membuat kue ulang tahun untuknya berharap dia akan senang nantinya.
Aku langsung kerumahnya membawa kue itu, dan merayakan hari ulang tahunnya. tapi dia sepertinya biasa-biasa saja.
“ciee, ada yang dibuatin kue nie.” Kata temennya yang kebetulan hari itu berada di rumahnya.
“makasih ya jaa” kata fidha kepadaku
“iya sama-sama” jawabku
“emm. Fidha reno udah ngucapin ulang tahunmu gak” tanya temennya fidha
“gak, mungkin dia lupa” jawaab fidha
“koq gitu, orang yang biasa saja malah buatin kamu kue spesial, massa orang yang spesial kayak reno gak ngucapin apa-apa” kata temennya fidha.
Mendengar kata-kata itu hatiku seperti bergemuruh yang kilatnya menyambar nyambar akan turun hujan, hujan dari mataku. Sekarang aku ngerti mengapa selama ini sifat fidha berubah kepadaku. Air mataku menetes perlahan, namun tak ku perlihatkan pada mereka.
Aku tak tahan lagi, aku langsung pamit pulang, sebelum pulang aku meminta pena dan kertas kepada fidha. Aku menuliskan
“JANGAN SIA-SIAKAN ORANG TULUS SAMA KAMU, KAMU GAK TAU DIA NGEJAUHIN BANYAK ORANG CUMA BUAT KAMU. SEMOGA HUBUNGAN KALIAN BAHAGIA. PERGILAH BERSAMANYA, TAPI INGAT JIKA KAMU LELAH AKU SELALU MENUNGGUMU DI BELAKANG”
Aku langsung pergi tanpa meninggalkan kata-kata, hanya secarik kertas itu yang ku beri padanya.
Hidupku sekarang telah hilang arah, ku coba menghubungi riani, tapi tak bisa ku juga menghubungi evha, tapi juga tak bisa.
Sekarang aku sadar dan menyesal karena telah sia-siakan cinta yang didepan mata tapi malah mengejar cinta yang jauh diseberang sana. Aku benar-benar terluka.
Dan inilah LUKA.