Sabtu, 21 November 2015

penyesalanku


Pagi yang gelap untuk mengawali hari, aku bangun dari tidurku dan langsung bersiap untuk kesekolah. Awalnya aku merasa malas untuk kesekolah, tapi ingat akan hari ini ada ulangan ilmu pengetahuan sosial maka aku tetap bergegas mandi dan sarapan dan bersiap-siap berangkat sekolah. Ooh iya, namaku Ryan aku anak IPS dua aku adalah salah satu siswa angkatan ke 12 di salah satu SMA di penjukas. Cerita ini berawal ketika aku pergi kesekolah dari perjalanan yang cukup jauh di tempuh dari rumahku. Dalam keadaan pagi yang berkabut dan siswa saling berdesakan melihat papan mading, aku tidak sengaja menabrak seseorang sehingga buku yang dibawanya jatuh dan berserakan di lantai, aku mencoba meminta maaf dan membantu mengumpulkan buku-bukunya. Dia marah-marah padaku “duuuh, kalo jalan liat-liat donk” “maaf, aku gak sengaja, abis jalannya sesak siih, “kataku.
“lain kali kalo jalan hati-hati” katanya, sambil pergi dari tempat itu, menuju ruang kepsek.
Aku diam sesaat “siapa cewe tadi ?, perasaan selama ini aku gak pernah liat dia, aah bodo” aku langsung menuju kelas dan duduk di kursiku. Tak lama bel berbunyi dan pak rudiyanto(kepsek) masuk dengan diikuti seorang yang sepertinya aku kenal, ternyata cewe yang aku tabrak tadi, “ kamuuuu ” kami hampir serempak. Aku kaget kenapa dia bisa masuk ke kelas ini, dalam hati.
“ooh jadi kalian udah saling kenal” kata pak Rudi.
“tidak pak” singkatku.
“yaudah, anak-anak ini Echa, teman baru kalian. Echa murid baru pindahan dari SMK PKB(Plus Kemilau Bangsa)” jelas pak Rudi.
“pak, echa duduk disini aja pak” kata monika sambil menunjuk ke kursi kosong disebelahku.
“yaudaah, echa kamu duduk di sebelah Ryan yaa” kata pak Rudi
“baik pak” singkat echa, lalu duduk di sebelah ku.
Aku dikenal bandel dikelas, jadi tidak sah jika dalam satu hari tidak ngerjain teman. Aku menggumpal kertas dan membuangnya di bawah kursi echa si anak baru.
“pak, echa buang sampah sembarangan pak” sambil menunjuk ke bawah kursinya echa.
“echa, jangan buang sampah sembarangan.!!! “ bentak pak rudi. Dengan wajah kesal echa mengambil kertas di bawah kursinya lalu berkata
“maaf pak, saya tidak sengaja”
“lain kali kalobuang sampah harus ditempatnya, ini buang sampah di kursi emang tempat sampah tuu” olok ku disertai berau tawa teman-teman. Echa yang kesal berdiri kemudian keluar meninggalkan kelas. Pak Rudi dengan wajah curiga melihatku kemudian berkata.
“ryan, ini semua pasti ulahmu, dasar anak bandel. Keluar dan cari echa, minta maaf”
“baik pak,” singkatku. Aku berdiri kemudian memberi kode kepada tiga temanku, Arif, Rizal dan Edo. Kami berempat memang terkenal bandel di kelas, kami pernah membuat 3 guru mengundurkan diri mengajar di sekolah karena ulah kami. Kemudian kami langsung keluar dan mencari keberadaan echa, di taman, kantin, dan di belakang sekolah pun kami tidak menemukan echa.
“bro, kita udah keliling-keliling ne, tapi si echa gak keliatan juga” kata rizal
“kita belum cari di toilet, gimana kalo kita liat kesana,” kataku.
“okee” hampir serempak. Kami langsung menuju ke toilet dan mendengar suara orang marah-marah, ternyata itu si echa yang meluahkan semua perasaannya. Dengan ide usil aku menguncinya dari luar sampai jam istirahat. Kami tertawa puas melihat apa yang telah kami lakukan dihari ini.
Saat itu kami sedang makan dikantin sambil ngobrol-ngobrol kecil, tiba-tiba echa datang menghampiriku kemudian menumpahkan minuman di bajuku, dengan lantang dia berani memarahiku, sehingga semua yang ada dikantin melihat ke kami.
“eeeh ryan, maksud kalian itu apa.? Membuat aku keluar dari kelas, kemudian mengunciku di toilet, apaa,!!. Kalian itu pengecut tau gak,!!” bentak echa, kemudian pergi sambil menangis.
“heey, anak manja, kalo mau tisu, di belakang ada kok, tisu toilet” kata ku, Kemudian kami tertawa terbahak-bahak.
Hari-hari terus berlalu dan hampir setiap hari kami ngerjain echa si gadis manis yang malang. Sampai-sampai echa sangat benci kepadaku.
Pada suatu hari dikala kenaikan kelas sekaligus sekolah kami dalam acara milad ke 14, aku tergesa-tergesa kesekolah karena hampir telat, lagi-lagi aku tak sengaja menabrak si echa yang kebetulan hari itu menjadi anggota drum band, sehingga tubuhnya hampir jatuh untungnya aku dengan cepat menopangnya. Semula aku tidak kenal kalo dia itu echa, sampai dia menggerutu sambil marah-marah kepadaku barulah aku sadar kalo itu adalah echa
“ryan, kamu lagi kamu lagi, gak bosan-bosannya yah kamu ganggu aku, aku capek tau gak.” Katanya sedikit keras. Aku terpana memandang wajahnya, baru kali ini aku melihat wajah echa dari jarak yang sangat dekat. Ternyata dia cantik dan manis juga. Dia langsung pergi dari tempat itu dan bergabung ke anggota drum band lainnya. Malam ini hujan mulai turun rintik-rintik, aku juga demikian, merasa ragu untuk menelpon, tapi untuk langkah awal, aku harus berbicara dan meminta maaf kepadanya. Secara tak sengaja aku terpencet tombol pemanggil dan masuklah ke echa.
“hallo, ini siapa” tanya echa
“mm, ini aku ryan” jawabku
“mau apa kamu telpon aku”..
“echa, dengerin aku dulu. Maksud aku baik kok”
“mank ada apa sih”
“echa, aku tau selama ini aku udah banyak salah ama kamu, aku khilaf. Dan sekarang aku pengen minta maaf ama kamu, kamu mau kan maafin aku dan jadi temanku, pliss cha”
“okee, aku akan maafin kamu dan mau jadi temanmu, tapi kamu harus janji satu hal padaku”
“apa cha, aku akan lakuin apapun, asalkan kamu mau maafin aku dan jadi temanku”
“kamu harus janji tidak akan bandel dan gangguin orang-orang lagi”
“okee, aku janji cha”
“baik, aku pegang janji kamu. Aku udah maafin kamu kok, dari dulu malahan.”
“makasih cha, kamu emang baik, aku nyesel udah pernah jahilin kamu”
“yaudaa, gak usah di pikirin, yang lalu biarlah berlalu”
“kamu baik banget cha, “
“makasih yaaa..” .
Sejak malam itu kami jadi baikan, kami selalu belajar bareng, main bareng, makan bareng, semuanya serba bareng. Kami mulai dekat dan mulai timbul perasaan, aku juga bingung perasaan apa ini, apa mungkin aku JATUH CINTA.
Sepulang sekolah aku mengajak echa kesebuah tempat dimana tempat itu menjadi saksi ayah tercintaku meninggalkanku untuk selamanya. Aku telah menceritakan semuanya kepada echa ditempat itu, pandanganku kosong kedepan tiba-tiba echa memelukku dari belakang.
“kamu yang sabar yan” kata echa
“iya, echa makasih atas waktumu selama ini, aku senang bisa mengenalmu.”
“aku juga yan, aku gak nyangka bisa sedekat ini sama kamu. Ternyata dibalik bandelnya kamu, kamu itu baik juga ya.”
“yah, aku kan Cuma iseng-iseng aajaa...,” sanggahku
“tapi aku seneng kok, kamu bisa berubah.”
“toh aku berubah karena kamu, kamu yang telah membuat hidupku menjadi lebih baik dan ber-arti. cha, aku bingung harus memulai semua ini dari mana, tapi yang jelas aku pengen bilang, aku sayang kamu cha, aku cinta kamu. “
Echa diam sejenak kemudian berkata
“kamu gak bercanda kan yan” dengan sedikit tertawa.
“gak cha, aku serius. Aku beneran sayang ama kamu, aku juga takut kehilangan kamu cha. Izinkan aku menjagamu cha. Aku sayang kamu, kamu maukan jadi pacar aku.”
Echa terdiam beberapa saat, terlihat genangan air mata membasahi pipinya.
“yan, aku juga sayang ama kamu, tapi aku takut gak bisa membahagiakan kamu di sisa-sisa akhir hidupku..” kata echa sambil mengelap darah yang mengalir di hidungnya.
“cha, kamu kenapa,?” tanyaku bingung melihat hidung echa mengeluarkan darah
“aku selalu begini, disaat aku bahagia.” Singkatnya diikuti senyum manis di bibirnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Hari ini seharusnya aku bahagia, karena aku dan echa telah pacaran. Tapi aku juga merasa bersalah dengan echa, sampai kapan aku terus menipunya.?
Satu bulan hampir berlalu. Semuanya kami lewati dengan bahagia, semuanya terasa manis, tapi tak semanis kenyataan jika echa mengetahui semuanya. Aku tau ia pasti sangat marah dan kecewa. Ooh tuhan apa yang harus kulakukan.
Bulan ini hampir berlalu, besok adalah hari dimana aku harus jujur kepada echa.
Hari ini adalah hari minggu, aku dan echa jalan-jalan ke sebuah kafetaria yang mana ketiga sahabatku sudah menunggu. Sesampainya kami ketempat itu Rizal langsung mengajak kami gabung bersama mereka.
“ryan, apakah kamu sudah siap?” Arif membuka pembicaraan, yang membuat aku sangat gugup.
“iya ryan, katakan saja “ sambung edo
“baik teman-teman “ singkatku dengan terbata bata.
“ada apaan sii.?” tanya echa bingung..
Sebenernya aku sangat gugup, tak tega rasanya bilang ini semua kepada echa. Tapi aku harus JAIM (Jaga Image) di depan teman-teman. Dengan wajah tak berdosa aku mulai menjelaskan semuanya kepada echa.
“cha, sebenernya selama ini aku Cuma main-main ke kamu. Aku pacaran ama kamu juga main-main. Aku pacaran ama kamu hanya untuk taruhan pada teman-temanku. Aku pura-pura baik juga karena hanya untuk mengelabui kamu. Jadi kamu jangan ngarep deh chaa kalo aku cinta kamu.”
“kamu cuma bercanda kan yan.?” Kata echa. Terlihat matanya berlinang.
“iya cha, ini semua idenya Rizal. Ryan jangan sampai kamu suka beneran sama echa “ ketiga teman-temanku tertawa. Tapi tidak denganku.
“ryan, apa-apaan ini. Kamu kira aku apa, bahan taruhan?. Aku gak nyangka yan ternyata selama ini aku telah tertipu oleh seorang pengecut seperti kalian.” Terlihat darah yang mengalir dari hidung Echa, kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu dengan linangan air mata. Aku refleks mengejarnya, tapi dengan cepat edo menahan tanganku.
“eeeh, mau ke mana. Jangan bilang kamu suka beneran ama echa yan” kata edo
“gak kok” kataku singkat
Kemudian teman-temanku tertawa puas melihatku yang berhasil mengerjai echa. Aku merasa sangat bersalah kepada echa. Sesungguhnya aku menyesal akan perbuatanku sendiri. Jujur aku benar-benar mencintai echa, maafkan aku cha.
Sejak hari itu, aku tak pernah melihat echa lagi, ku coba menelponnya tapi tak ada jawaban. Satu bulan sudah tak ada kabar tentang echa, mungkin dia benar-benar membenciku.
Siang itu pukul 11:00 aku mendapatkan sms dari echa yang bertuliskan

“ryan, mungkin nanti kamu tidak akan bertemu aku lagi. Aku hanya mau bilang terima kasih atas kebahagiaan yang telah kamu beri padaku. Walaupun itu hanya kebohongan kamu belaka, tetapi aku merasa sangat bahagia. Jika aku pergi nanti aku harap kamu hadir di saat aku menghembuskan nafas terakhirku.”

Aku bingung setelah membaca pesan dari echa, karena aku masih di sekolah maka aku cuekin aja, mungkin nanti malam aja aku kerumah echa, pikirku dalam hati.
Malam itu udara terasa dingin sepertinya akan turun hujan, aku dengan hati bersalah menuju kerumah kediaman echa niatku ingin meminta maaf, serta berharap echa akan memberiku kesempatan kedua.
Sesampainya dirumah echa aku langsung memencet bel, tak lama keluarlah orang tuanya echa.
“tante, echa nya ada?” tanyaku. Kulihat orangtuanya echa kelihatan sedih.
“echa sudah tidak tinggal di sini lagi” kata ibu nya echa, setengah menahan tangis. Aku cuek aja.
“memangnya echa sekarang tinggal di mana tante?” tanyaku. Ibunya echa masuk sebentar kemudian keluar sambil membawa dua lembar kertas.
“ini alamat tempat tinggal echa sekarang, dan ini goresan terakhir echa untuk kamu sebelum meninggalkan kita semua.” Sambil menyerahkan dua lembar kertas kepadaku.
Aku melihat alamat yang tertulis di kertas itu,

“ pemakaman umum batu sangkar penjukas timur 03-221 “

Aku terdiam sejenak.
“ nak ryan, echa telah tiada. Dia meninggalkan kita semua pukul 11:30 tadi siang nak. Dia sudah lama mengidap kanker otak, tetapi tetap tegar meskipun nyawanya sudah di ujung kuku, itu semua demi kamu nak. Dia selalu berharap bisa bahagiakan kamu sebelum dia pergi meninggalkanmu. Dia sangat sayang kepadamu, kamulah orang yang mampu membuat dia tersenyum sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya, dia juga sempat menulis surat untukmu nak.” Cerita ibunya echa sambil menangis.
Aku terdiam, kemudian tubuhku terhempas sambil mataku meneteskan air mata penyesalan, perlahan ku buka lembar goresan terakhir echa

“ ryan, Aku hanya mau bilang terima kasih atas kebahagiaan yang telah kamu berikan padaku selama ini. Walaupun itu hanya bohongan, tetapi aku merasa sangat bahagia. Aku sangat menyayangimu ryan”

Hujan mulai membasahi tubuhku. aku masih terduduk di depan rumah echa. Perasaanku kacau, hatiku hancur, rasa penyesalan ini semakin menghantuiku, air mataku tak mampu ku bendung lagi. Tapi semua telah berlalu, echa maafin aku yang dulu pernah menyakitimu, aku sayang kamu echa. Maafkan aku yang dulu pernah mensia-siakan dirimu aku sangat menyesal.


THE END

Note: penyesalan memang selalu datang di akhir, maka dari itu sayangilah orangyang tulus menyayangimu jangan sia-siakan dia.


Cerpen karya: SUHARDI

4 komentar:

  1. Penyesalan tue selalu datang diakhir...
    makanya sebelum bertindak itu berfikir dulu...

    BalasHapus
  2. Penyesalan tue selalu datang diakhir...
    makanya sebelum bertindak itu berfikir dulu...

    BalasHapus
  3. Iya, setiap penyesalan itu selalu datang di akhir. Tidak ada rasa sesal yang datang di awal. Yg dtang di awal itu hanyalah rencana.

    BalasHapus
  4. kereeen ini ceritaa. seperti nyata

    BalasHapus